PENDAHULUAN
Keterampilan membuka pelajaran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan
perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan
guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari
inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Untuk menyiapkan mental
siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha
dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah
dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Siswa yang mentalnya
siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui tujuan pelajaran,
mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan, mengetahui
langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui
batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut.
Untuk
menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari,
guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu, bersikap hangat
dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan alat-alat bantu
mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan sebagainya. Siswa yang
perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam melakukan tugas, semangat
dan kualitas responnya tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan,
dan cepat mereaksi terhadap saran-saran guru.
Kegiatan membuka pelajaran tidak mencakup
urut-urutan kegiatan rutin seperti menertibkan siswa, mengisi daftar hadir,
menyampaikan pengumuman, menyuruh menyiapkan alat-alat pelajaran dan buku-buku
yang akan dipakai dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan penyampaian
materi pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran ada kaitannya langsung dengan
penyampaian materi pelajaran.
Namun demikian, dalam pembelajaran guru
sering tidak melakukan usaha membuka pelajaran tersebut. Setelah melakukan
tugas rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa
menyiapkan alat-alat pelajaran guru langsung saja masuk pada kegiatan inti
pelajaran. Misalnya guru berkata: “Anak-anak hari ini pak guru akan mengenalkan
macam-macam bangun ruang, bangun ruang adalah ...”
Prosedur mengajar demikian itu tidak
memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa
belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa
akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna
baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk
memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak
melakukan kegiatan membuka pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu,
atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena
pentingnya fungsi membuka pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu
bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam
membuka pelajaran.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran dapat
diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental
maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajari sehingga usaha
tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan pembelajaran.
B. Tujuan
Membuka Pelajaran
Penggunaan keterampilan
membuka pelajaran dalam pembelajaran, mempunyai pengaruh positif terhadap
proses dan hasil belajar. Pengaruh positif itu antara lain:
1. Menyiapkan
mental siswa terhadap apa yang akan dipelajari.
2. Timbulnya
perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan.
3. Siswa
mengetahui dengan pasti batas-batas tugas yang akan dikerjakan.
4. Siswa
mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
5. Siswa
mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan
hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing baginya.
6. Siswa
dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep
yang tercakup dalam suatu peristiwa
C. Prinsip-Prinsip
Penggunaan
Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, ada
prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan komponen keterampilan membuka
pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip itu adalah
sebagai berikut:
1. Bermakna
Dalam usaha menarik
perhatian atau memotivasi siswa guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan
isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya dicari-cari atau
dibuat-buat hendaknya dihindarkan. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan
gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran.
2. Berurutan
dan berkesinambungan
Aktivitas yang ditempuh
oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting
pelajaran hendaknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan
prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang
tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitannya yang jelas antara satu
bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan
pengetahuan yang telah dimilki siswa.
D. Komponen-Komponen
Keterampilan Membuka Pelajaran
Penerapan keterampilan membuka pelajaran dapat dilakukan pada
awal suatu jam pelajaran atau pada setiap penggal kegiatan dalam inti
pelajaran. Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran itu meliputi:
menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberikan acuan dan membuat
kaitan. Tiap komponen terdiri dari beberapa kelompok aspek dan kegiatan yang
saling berhubungan. Komponen-komponen dan aspek-aspeknya menurut Abimanyu
(1985) adalah sebagai berikut:
1.
Menarik perhatian siswa
Banyak cara yang dapat
digunakan guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain dengan:
a. Gaya
mengajar guru.
Guru
hendaknya memvariasikan gaya mengajarnya agar dapat menimbulkan perhatian
siswa. Misalnya guru memilih posisi di kelas dan memilih kegiatan yang berbeda
dari yang biasanya dia kerjakan dalam membuka pelajaran. Kali ini ia berdiri di
tengah-tengah kelas sambil bertanya pada siswa tentang kegiatan siswa di rumah
yang mungkin ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan. Pada kesempatan
lain mungkin guru berdiri di belakang atau di muka kelas lalu bercerita dengan
ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang menunjukkan rasa bangga.
b. Penggunaan
alat bantu mengajar
Guru
dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema, dan
sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Alat-alat bantu mengajar selain dapat
menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan
terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang
akan dipelajari. Misalnya dalam mengajarkan simetri, guru membawa gambar
kupu-kupu, orang, cecak. Kemudian menunjukkan bangun-bangun datar yang akan
ditentukan sumbu simetrinya
c.
Pola interaksi yang bervariasi
Variasi
pola interaksi guru siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa
mendengarkan, atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan
rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya
kepada hal-hal yang akan dipelajari.
Oleh karena itu, agar siswa dapat tertarik
perhatiannya, guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam
menyelenggarakan pembelajaran. Misalnya guru memberi perintah siswa mengerjakan
perintah itu, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, guru atau
siswa yang lainya menjawab pertanyaan itu, siswa berinteraksi dengan siswa
lainnya dalam diskusi kelompok kecil (buzz-groups) atau dalam suatu
eksperimen, guru mengemukakan masalah yang menarik ke seluruh kelas lalu
siswa-siswa diminta mengemukakan pendapat mereka, atau guru menunnjukkan barang
yang bisa ditonton seperti model-model yang ada manfaatnya lalu siswa diminta
untuk melihatnya secara bergiliran baik secara kelompok atau sendiri-sendiri.
2.
Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan dari prosedur membuka pelajaran adalah
memilih secara hati-hati hal-hal yang menjadi perhatian siswa. Hal-hal yang
menjadi perhatian siswa itu hendaknya dapat digunakan untuk menimbulkan
motivasi. Dengan adanya motivasi itu, pembelajaran menjadi dipermudah. Oleh
karena itu, guru hendaknya melakukan berbagai cara untuk menimbulkan motivasi
itu. Sedikitnya ada empat cara untuk menimbulkan motivasi, yaitu:
a. Dengan
kehangatan dan keantusiasan.
Guru
hendaknya bersikap ramah, antusias, bersahabat, dan hangat. Sebab sikap yang
demikian itu dapat menimbulkan faktor-faktor dari dalam yang mendorong tingkah
laku dan kesenangan dalam mengerjakan tugas. Motivasi siswa akan timbul untuk
belajar.
b. Dengan
menimbulkan rasa ingin tahu
Guru
dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara menimbulkan rasa ingin tahu dan
keheranan pada siswa. Misalnya ibu akan membunyikan jari ibu. Satu menit
berikutnya ibu akan membunyikan lagi. Kemudian membunyikan lagi dua menit
sesudah itu, lalu empat menit, delapan menit, enam belas menit dan seterusnya.
Setiap kali ibu melipatduakan menitnya. Berapa kali ibu akan membunyikan jari
tangan ibu selama satu jam. Cara-cara ini sangat baik untuk menimbulkan
motivasi siswa.
c.
Mengemukakan ide yang bertentangan
Untuk
menimbulkan motivasi siswa, guru dapat melontarkan ide-ide yang bertentangan
dengan mengajukan masalah atau kondisi-kondisi dari kenyataan sehari-hari.
Misalnya, guru mengajukan masalah sebagai berikut: “Balok merupakan bangun
dimensi tiga yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi, jadi balok termasuk
bangun ruang. Kerucut tidak mempunyai panjang dan lebar tetapi masih termasuk
bangun ruang. Mengapa?”
d. Dengan
memperhatikan minat siswa
Guru
dapat menimbulkan motivasi siswa dengan cara menyesuaikan topik-topik pelajaran
yang diminati siswa. Untuk memperhatikan minat siswa dalam pembelajaran
matematika dapat diberikan contoh sebagai berikut. Meminta siswa membuat dugaan
tentang ukuran suatu benda. Berapa kira-kira banyaknya air yang dapat
dimasukkan dalam suatu drum sampai penuh. Atau contoh lain, berapa kilo berat
uang logam sebanyak seratus rupiah. Contoh-contoh tersebut sangat menarik minat
siswa dalam mengikuti pelajaran.
3.
Memberi acuan (structuring)
Memberi acuan diartikan
sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif
yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang
akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi
pelajaran. Untuk itu usaha dan cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah:
a. Mengemukakan
tujuan dan batas-batas tugas.
Guru
hendaknya terlebih dahulu mengemukakan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas
yang harus dikerjakan oleh siswa, agar mereka memperoleh gambaran yang jelas
tentang ruang lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari serta tugas-tugas
yang harus dikerjakan. Misalnya, guru pertama-tama berkata, hari ini kita akan
belajar tentang pengumpulan data. Perhatikan alat peraga yang ibu bawa
(timbangan dan meteran). Kumpulkanlah data berat dan tinggi badan teman-temanmu
menggunakan alat peraga tesebut.
b. Menyarankan
langkah-langkah yang akan dilakukan
Pada
permulaan atau pada saat-saat tertentu selama penyajian pelajaran, siswa akan
terarah usahanya dalam mempelajari materi pelajaran jika guru dapat memberi
saran-saran tentang langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya,
tugas kalian sekarang adalah membuktikan rumus volum kerucut dengan pendekatan
volum tabung. Langkah yang harus kalian kerjakan adalah pertama memasukkan
beras atau pasir ke dalam kerucut, lalu tuangkan beras tersebut ke dalam
tabung, lakukan hal tersebut sampai tabung penuh. Kemudian buatlah kesimpulan
dari kegiatan yang kalian lakukan.
c.
Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan masalah pokok yang
akan dibahas. Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal
positif dari sifat-sifat tentang sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar,
dan sebagainya. Di samping hal-hal positif, kemudian siswa perlu pula
diingatkan untuk menemukan hal-hal yang negatif, yang hilang atau yang kurang
lengkap. Misalnya guru berkata: Amatilah macam-macam model bangun datar
segitiga ini, jelaskan mengapa ada yang disebut segitiga samakaki, segitiga
samasisi, dan segitiga sembarang, serta ada yang bukan disebut model bangun
datar segitiga.
d. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan guru sebelum mulai menjelaskan materi pelajaran akan mengarahkan
siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya,
sebelum menjelaskan cara membagi dua pecahan, guru dapat mengajukan pertanyaan
sebagai berikut, ibu mempunyai setengah loyang kue, kue tersebut akan dibagi
dua sama besar dan akan diberikan pada kedua anaknya, berapa bagiankah kue yang
diterima masing-masing anaknya? Dengan pertanyaan tersebut diharapkan dapat
membantu siswa untuk memahami cara membagi dua pecahan.
4.
Membuat kaitan
Jika guru akan mengajarkan
materi pelajaran yang baru, guru perlu menghubungkannya dengan hal-hal yang
telah dikenal siswa atau dengan pengalaman-pengalaman, minat, dan
kebutuhan-kebutuhan siswa. Hal itulah yang disebut bahan pengait. Contoh
usaha-usaha guru untuk membuat kaitan:
a. Membuat
kaitan antar aspek-aspek yang relevan dari bidang studi yang telah dikenal
siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali sampai seberapa jauh
pelajaran yang diberikan sebelumnya telah dipahami. Caranya, guru dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa, tetapi dapat pula merangkum isi
materi pelajaran terdahulu secara singkat. Misalnya, sebelum mengajarkan
pembagian dua pecahan, guru mengulang kembali bagaimana mengalikan bilangan
pecahan.
b. Guru
membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang
telah diketahui. Hal ini dilakukan jika bahan baru itu erat kaitannya dengan
bahan pelajaran yang telah dikuasai. Misalnya, guru lebih dahulu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan dan
perkalian bilangan cacah sebelum mengajarkan pembagian bilangan cacah.
c.
Guru menjelaskan konsep atau pengertiannya
lebih dahulu sebelum menyajikan bahan secara terperinci. Hal ini dilakukan
karena bahan pelajaran yang akan dijelaskan sama sekali baru. Misalnya, untuk
menjelaskan perkalian dua guru terlebih dahulu menjelaskan jumlah kaki unggas,
seperti ayam, itik, burung, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
PENUTUP
A. Simpulan
Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan yang
penting dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Karena kegiatan tersebut
akan memberikan dampak positif dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Namun
demikian, kegiatan membuka pelajaran tersebut harus disesuaikan dengan
prinsip-prinsip dan tujuan penggunaannya.
B. Saran
Materi yang penulis paparkan dalam makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sarankan kepada pembaca agar
memperkaya pengetahuannya dengan membaca sumber-sumber lain, diskusi, maupun
dengan mengikuti kegiatan-kegiatan seminar pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Nurhasnawati. Strategi Pengajaran Mikro.
Pekanbaru: Suska Press. 2008.
Udin Syaefudin Saud. Pengembangan Profesi
Guru. Bandung: CV. Alfabeta. 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar